Jika “Sedekah” Dapat Berbicara

Jika “Sedekah” Dapat Berbicara
Jika “Sedekah” Dapat Berbicara

LAZ AL HILAL – Pernahkah sahabat Al Hilal mendengar kalimat “Sesuatu yang dipandang remeh dimata manusia bisa menjadi bernilai tinggi dimata Allah SWT”? Ya, tak sedikit manusia yang menganggap sesuatu yang kecil itu adalah remeh di mata mereka. Tetapi, tahukah sahabat Al Hilal, yang bernilah remeh dimata manusia sesungguhnya adalah yang bernilai tinggi dimata Allah SWT ketika dipergunakan untuk kebaikan dan memberi manfaat kepada saudara kita yang membutuhkan?

Sebagaimana yang disampaikan oleh sepupu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib ra,

كنت صغيرة فكبرتنى

“Saya semula kecil (remeh) maka (dengan sedeqah) engkau menjadikan ku besar (berharga)” Ali bin Abi Thalib

Bahkan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sebiji kurma yang disedekahkan dengan keikhlasan dan keridhoan untuk saudara kita dapat menyelamatkan seorang mukmin dari siksa api neraka, di akhirat kelak. Perkataan Rasulullah SAW tersebut, tercantum dalam HR. Bukhari dan Muslim, dalam hadist tersebut Rasulullah SAW bersabda,

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَة

“Jagalah diri kalian dari neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika kita dengan konsisten melaksanakan kebaikan, melaksanakan sedekah walaupun sedikit, maka InsyaAllah dari yang sedikit tersebut adalah awal dari melaksanakan sedekah yang banyak. Seperti perumpamaan yang tidak asing lagi ditelinga kita “Sedikit demi sedikit, lama kelamaan menjadi bukit”

Bahkan Allah SWT pun menyampaikan hal tersebut dalam ayat suci Al Quran QS Al-Zalzalah ayat 7, Allah SWT berfirman


“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah (biji sawi), niscaya dia akan melihat (balasan) nya” (QS. Al-Zalzalah: 7)

Sahabat Al Hilal sungguh merugi ketika kita menyia-nyiakan kesempatan untuk melaksanakan kebaikan, menyia-nyiakan sedekah yang sebenarnya dapat kita laksanakan. Bukankah waktu kita di dunia tidak banyak? Bagaimana ketika harta yang kita tinggalkan di dunia belum sempat dirasakan oleh saudara kita yang teramat membutuhkan?