Kisah Nabi Muhammad SAW Saat Malam Lailatulqadar

Kisah Nabi Muhammad SAW Saat Malam Lailatulqadar
Kisah Nabi Muhammad SAW Saat Malam Lailatulqadar

Sejumlah anak mengaji dengan penerangan lampu lilin, saat Tadarus Al-Qur'an, agar bertemu Lailatulqadar, di Kampung Prajurit Wirotamtomo, Baluwarti, Solo, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2024) (Foto: Antara/Mohammad Ayudha/foc).

KBRN, Jakarta: Lailatulqadar adalah malam ketika Allah SWT pertama kali menurunkan wahyu berupa ayat-ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril.

Al-Qur'an menyebutkan, Lailatulqadar merupakan malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Pada malam itu, Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kemuliaan.

Sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, menyebutkan tentang sunah Rasulullah, terkait malam Lailatulqadar. Rasulullah SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya”.

Hadis tersebut sejalan dengan hadis lainnya, yang juga diriwayatkan Imam Bukhari. Hadis ini tentang kebiasaan Nabi, yang diceritakan istrinya, Aisyah:

“Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadan memilih fokus beribadah. Mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah”.

Dikutip dari NU Online, diceritakan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya duduk iktikaf pada malam-malam terakhir Ramadan. Ketika Rasulullah berdiri salat, para sahabat juga mengikutinya dan diriwayatkan malam itu adalah malam ke-27 Ramadan.

Saat itu, langit mendung tanpa bintang, sementara angin bertiup memenuhi masjid, tempat Nabi Muhammad SAW beribadah. Ketika Rasulullah dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras.

Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ingin membatalkan salatnya dengan maksud berteduh.

Tetapi, niat itu urung dilakukan, lantaran dirinya melihat Rasulullah dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusyuk tidak bergeming. Padahal, air hujan menggenangi masjid dan membasahi tubuh Rasulullah, serta para sahabatnya. 

Akan tetapi, Rasulullah dan para sahabat justru tidak mau beranjak sedikitpun dari sujudnya. Karena disebutkan, Rasulullah sedang masuk ke dalam suatu alam keindahan. 

Rasulullah sedang diliputi oleh cahaya Ilahi, sehingga takut keindahan itu akan hilang jika ia bergerak dari sujudnya. Ketika Rasulullah mengangkat kepala dan mengakhiri salatnya, hujan pun berhenti seketika.

Apa yang dilakukan Rasulullah menunjukkan betapa banyak hikmah dan rahasia di balik malam seribu bulan. Sebab, amal kebaikan yang dilakukan pada malam Lailatulqadar dinilai setara dengan seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan.