Kita tentu sering atau pernah mendengar peribahasa “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” bukan? Biasanya peribahasa ini digunakan untuk mengajarkan dan menanamkan kebiasaan menabung. Kalau kita telisik lebih jauh lagi, peribahasa tersebut juga bisa dikaitkan dengan perbuatan manusia yang sering menunda melakukan sesuatu.
Misalnya saja, ada seseorang yang menunda dan mengabaikan menunaikan zakatnya bulan ini. Karena dia menganggap jumlah yang harus dizakatkan terbilang sedikit, ia berpikir untuk menunda membayarnya dan memilih untuk mengedepankan urusan lain. Sisa uang dari kebutuhan yang ia dahulukan itu maksudnya akan digunakannya untuk membayar zakat. Namun, terus saja ia disibukkan oleh hal-hal lain. Sampai pada akhirnya, zakatnya menumpuk berbulan-bulan lamanya. Begitu melihat total zakat yang harus dikeluarkan saat itu juga, ia merasa keberatan dengan jumlahnya dan akhirnya ia menjadi malas menunaikannya. Padahal, jika ia rutin membayarkannya setiap bulan tentu tidak akan menjadi berat karena nilainya sedikit. Hanya 2,5% dari gaji yang setiap bulan diterimanya.
Allah sendiri yang menjelaskan apa balasan bagi orang yang enggan berzakat dalam surah At-Taubah ayat 34-35 yang artinya,
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
Sebegitu mengerikannya balasan bagi mereka yang menahan zakatnya. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang seperti itu aamiin ya Rabbal’aalamiin.
Nah, sekarang kita bahasa hal-hal yang menggembirakan saja. Terkait dengan peribahasa di atas, ada lho amalan-amalan yang di dalam agama Islam, ketika kita melakukannya dalam kadar yang sedikit justru Allah menyukainya. Kira-kira apa sajakah amalan yang dimaksud?
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu sedikit.” (H.R Muslim)
Contoh, kita tahu bahwa sholat Dhuha itu maksimal didirikan sebanyak 12 rakaat. Karena saking inginnya kita mendapatkan banyak pahala dan keutamaan dari sholat Dhuha tersebut, hari ini kita menunaikannya sekaligus langsung 12 rakaat. Lalu hari esok dan beberapa hari kemudian kita masih mendirikan sholat Dhuha sebanyak 12 rakaat. Nah, yang jadi masalahnya adalah ketika amalan itu berhenti di hari keempat, kelima, dan seterusnya. Entah karena sebab apa, kita tak lagi menunaikan sholat Dhuha satu rakaat pun.
Begitu juga dengan amalan sunah lainnya, salah satunya adalah sedekah.
untuk menjadikan amalan tersebut sebagai sebuah kebiasaan.
Dari ’Aisyah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”(HR. Muslim)
Sebenarnya, apa sih yang membuat Allah sangat menyukai amalan yang sedikit namun rutin?
Ibnu Rajab mengatakan, “balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan, namun malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”
Salah satu tanda diterimanya sebuah amalan, menurut Ibnu Rajab, adalah amalan tersebut dikerjakan secara terus menerus. Sebaliknya, tanda sebuah amalan tertolak adalah ketika amalan tersebut malah membuahkan keburukan.
Pembaca yang budiman, amalan baik atau buruk akan kembali lagi ke pengamalnya. Amalan baik akan selalu pulang ke pengamalnya dalam bentuk kebaikan yang berkali lipat jumlahnya. Sebaliknya, amalan yang buruk juga akan menjadi momok menakutkan bagi pengamalnya karena ia akan kembali dalam bentuk yang lebih buruk dari sebelumnya. Perlu diperhatikan adalah tak pernah bosan menerima dan memberi ganjaran atas segala tindakan yang kita lakukan, baik atau buruk. Jadi sekarang, semua pilihan ada di tangan Anda. Mau beramal sholeh dan rutin meskipun amalan tersebut sedikit atau beramal sholeh dalam jumlah besar tapi hanya sesekali saja?